Menyiapkan Pekerja di Era Kecerdasan Buatan

Laporan e-Conomy SEA 2020 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan Indonesia menyumbang 40 persen dengan potensi mencapai $124 miliar pada 2025.  Ditengah kondisi krisis tahun 2020 masih tetap tumbuh positif 11% ditengah kemerosotan  ekonomi dibanyak sektor. Nilai ekonomi hasil penerapan teknologi digital di Indonesia terbesar dan paling cepat berkembang di kawasan Asia Tenggara

Pandemi Covid-19 menghantam Indonesia awal tahun ini, secara masif mendorong masyarakat berpindah ke ranah digital dalam aktivitas sehari-hari. Terjadi kenaikan pesat penggunaan aplikasi online untuk belajar, bekerja, konsultasi kesehatan, dan belanja. Perubahan drastis ini diikuti percepatan transformasi digital oleh industri bahkan UMKM.

Namun, laporan Google diatas memberi peringatan bahwa talenta masih menjadi masalah utama yang harus diperbaiki oleh semua pihak di Indonesia. Ini sejalan dengan laporan IMD World Competitiveness 2020. Memang ada kenaikan peringkat Indonesia pada beberapa faktor antara lain integrasi IT dan sikap adaptif, tetapi terjadi penurunan antara lain pada faktor talenta, pelatihan, dan edukasi.  

Padahal tantangan kedepan makin terjadinya otomatisasi akan memberikan tantangan yang perlu segera di respon. Laporan dari World Economic Forum (WEF) tentang The Future of Jobs Report 2020 yang dirilis Oktober 2020, menunjukkan makin cepatnya  perusahaan mengadopsi teknologi. Tahun 2025 diperkirakan 43 persen perusahaan akan mengurangi tenaga kerja karena integrasi teknologi. Sementara ada 34 persen yang memperluas tenaga kerja karena integrasi teknologi. Waktu kerja yang dihabiskan oleh manusia dan mesin akan sama.

Hal ini akan memunculkan pekerjan-pekerjaan jenis baru yang  disebut sebagai ‘jobs of tomorrow’. Ternyata ‘jobs of tomorrow’ telah hadir lebih dini. Menurut laporan WEF tersebut, hal inipun akan terjadi di Indonesia. Strategi perusahaan akibat dampak Covid-19 akan mengarah ke peluang kerja jarak jauh, percepatan digitalisasi, percepataan otomatisasi, mengurangi tenaga kerja sementara waktu, dan mempercepat implementasi program peningkatan dan pembaruan ketrampilan (upskilling/reskilling).  

Menurut laporan WEF tersebut, terjadi peningkatan kebutuhan pekerjaan baru di Indonesia yang secara umum lebih ke bidang digital, utamanya adalah data science dan kecerdasan buatan (AI), antara lain Data Analysts and Scientists, Big Data Specialists, AI and Machine Learning Specialists, Digital Marketing and Strategy Specialists, Process Automation Specialists, Internet of Things Specialists, Digital Transformation Specialists.

Juga peningkatan kebutuhan kecakapan (softskill) antara lain berupa kreatifitas, penyelesain masalah komplek, belajar aktif, kecerdasan emosi, berpikir analisis dan inovatif.  

Menyiapkan ketersedian talenta Data Science dan AI lebih dini.

Data science dan AI mengalami perkembangan pesat dan akan menjadi penentu (driver) arah transformasi. Sampai sekarang di dunia saja masih terjadi celah (gap) antara ketersediaan talenta digital, data science dan AI dengan kebutuhan industri. Lebih lebih di Indonesia yang masih minim sekali perguruan tinggi menyiapkan talenta di bidang ini, pada saat yang sama terjadi adopsi pesat di industri.

Besarnya ekonomi digital di Indonesia menarik para investor. Apalagi dengan makin gencarnya upaya pemerintah untuk menarik investasi dari luar yang hampir pasti akan menerapkan teknologi digital, data science dan AI di apapun lini industrinya. Jika tidak dengan cepat direspon dengan kesiapan dan ketersedian talenta dari dalam negeri, akan menimbulkan kesenjangan makin dalam. 

Tantangan ini menjadi tugas bersama pemerintah, kalangan swasta, sektor edukasi dan komunitas.  Secara bergotong royong Indonesia perlu menyiapkan  ketersedian talenta digital, data science dan AI bagi pekerja, peneliti dan wirausahawan. Bukan saja diperuntukkan untuk mengisi industri, tetapi juga bagi layanan publik, lembaga edukasi, sosial, dan tercipta rintisan usaha .

Mengingat penerapan digital, data science dan AI penting dipakai di berbagai bidang dan industri termasuk Kesehatan, pertanian, makanan dan minuman, kelautan, termasuk pemerintahan dan sector publik,  perlu langkah percepatan dalam meyiapkan ketersedian talenta dan antisipasi keadaan.

Salah satu peran penting menunjang percepatan adalah penyelenggara pelatihan bidang digital, Data Science dan AI. Pemerintah perlu mendorong dan menfasilitasi pertumbuhan dan peningkatan mutu lembaga lembaga pelatihan bidang digital, data science dan AI. Lembaga pelatihan akan lebih cepat meningkatkan dan memperbaharui keterampilan dan kecakapan (upscaling/reskilling) pegawai, sekaligus menyiapkan tenaga kerja baru yang dibutuhkan organisasi..

Lembaga pelatihan yang lebih menfokuskan ke area tersebut antara lain Data Academy. Bahkan Data Academy telah lebih jauh menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dalam menyiapkan talenta digital, data science dan AI; penyediaan sertifikasi lokal & International; serta mendampingi perguruan tinggi dalam penyusunan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan industri. Ini penting dalam rangka mempercepat Link and Match.

Langkap-langkah Data Academy  diharapkan mampu merintis terbentuknya sebuah ekosistem digital, data science dan AI dengan sinergi pemerintah, industri, lembaga edukasi dan komunitas.  Sekaligus terjadi percepatan pemenuhan jumlah dan kualitas talenta digital, data science dan AI dari dalam negeri, yang pada gilirannya malah bisa menjadi tenaga terampil dan cakap di luar negeri.